Tambang-Hutan dan Perkebunan-Laut Pesisir

Sabtu, 02 Juni 2012

Babel Perlu Belajar dari Nauru dan Cina

Provinsi Bangka Belitung perlu belajar dari Negara Republik Nauru dan Cina mengenai dampak kerusakan lingkungan. Pasalnya biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki lingkungan akibat penambangan sangat besar dibandingkan hasil yang diperoleh.

"Kita perlu melihat Republik Nauru. Negara ini sekarang jadi negara termiskin karena tidak memperhatikan lingkungan. Tambangnya tidak dikelola berkelanjutan. Lingkungannya rusak tidak bisa direklamasi malah impor tanah sehingga tidak cukup membiayai dirinya sendiri," jelas Anggota Dewan Energi Nasional, Mukhtasor kepada bangkapos.com di Ruang Meeting Hotel Santika Bangka, Sabtu (2/6/2012). Mukhtasor menjadi pemateri Sarasehan Peduli Babel yang digelar Madani Center Bangka Belitung, Sabtu.
 

Bahkan, kata Mukhtasor, negara tersebut harus menanggung utang yang besar. Australia kemudian membantu Republik Nauru dengan syarat boleh menjadi tempat penampungan imigran.

"Eksploitasi penambangan tidak dilakukan berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan sehingga penambangan hanya dijadikan komoditas bukan sebagai modal," kata Mukhtasor dalam presentasinya yang berjudul Babel Paska Timah?

Begitu juga, kata Mukhtasor, Cina yang telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 8-9 persen bisa mengangkat 400 juta penduduknya keluar dari kemiskinan. Namun ternyata di bagian Cina utara terjadi polusi udara dan air sehingga banyak warga di sana yang sakit.

"Biaya hidup menjadi mahal sehingga beban ekonomi tinggi, kematian bertambah dan biaya untuk mengatasi pencemaran di Cina menjadi 147 miliar yuan per tahun. Pada tahun 2003 biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara dan air menjadi 3,62 - 7,81 miliar yuan atau sekitar 2,68 hingga 5,78 persen dari PDB," papar Guru Besar Institut Teknologi Surabaya ini.

Oleh karena itu Mukhtasor berharap Indonesia terutama Babel yang kaya akan sumber daya alam timah harus dikelola secara benar, jangan sampai menjadi Republik Nauru dan Cina akibat dampak kerusakan lingkungan.

http://bangka.tribunnews.com/2012/06/02/babel-perlu-belajar-dari-nauru-dan-cina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar